Selasa, 20 Oktober 2009

Berdoa

Republika: BerdoaBerdoa

Oleh : Abdurrahman Muhayar

Doa tidak wajib dilantunkan, namun ia menempati posisi istimewa dalam kehidupan umat manusia, bukan saja umat Islam.

''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'' (QS Al-Baqarah (2): 186).

Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa, ''Doa adalah otak ibadah.'' (HR Ibn Hibban dan at-Tirmidzi). Dalam hadis lain, ''Doa adalah senjata orang yang beriman, tiang agama dan cahaya langit dan bumi.'' (HR al-Hakim). Karena pentingnya doa, bertebaranlah di dalam Alquran doa yang dibawa para Nabi SAW dan Rasulullah SWT. Selain itu, dalam hadis pun terekam doa-doa beliau serta doa yang diajarkannya kepada para sahabat, istri, dan putrinya.

Sayangnya, ada keyakinan keliru dalam memaknai posisi doa dalam Islam, sehingga doa menjadi tidak lebih daripada bentuk kelemahan, pelarian diri, kemalasan, dan kekerdilan. Artinya, doa hanya sekadar wujud ketakberdayaan yang memaksa seseorang merengek kepada Allah SWT.

Keyakinan tersebut berseberangan dengan doa dalam pemaknaan Islam yang lurus. Doa yang tepat adalah doa yang dilantunkan setelah usaha, ikhtiar, dan kerja keras. Hal ini diteladankan Nabi SAW yang mewariskan untaian doa yang menakjubkan.

Ia tak menjadi pertapa di gunung. Ia terlibat langsung serta menyelami kehidupan rakyat jelata, merasakan kepahitan, dan kesenangan mereka. Dalam melakukan peperangan, misalnya, Nabi SAW selalu mempersiapkan segala kebutuhan untuk berperang. Membangkitkan semangat umat, merapatkan barisan, memikirkan strategi, baru kemudian berdoa.

Doa tidak boleh membunuh kreativitas dan keberanian untuk memperjuangkan hidup. Doa bukanlah pelampiasan kelemahan manusia, melainkan penyokong kekuatan manusia dan penopang usaha-usaha positif dan konstruktif individu untuk membentuk kehidupan pribadi dan sosial. Doa pun bukan pengganti kerja, atau tanggung jawab, melainkan selaras dengan kerja keras, ikhtiar, perjuangan, dan ketekunan.

Doa bukan pula mantra yang mewujudkan keinginan kita dalam sekejap mata. Doa adalah manifestasi cinta manusia dan kebutuhan jiwa. Doa merupakan jeritan sebatang 'bambu' kering yang tercerabut yang ingin kembali ke 'rumpun bambu'. Dengan berdoa berarti kita telah mengakui kerendahan dan kehinaan diri kita di hadapan Yang Maha Suci.

Ringkasnya, doa merupakan ekspresi cinta pada Yang Ilahi, dan cita luhur ideal kebutuhan jiwa manusia. Yang terpenting adalah bahwa doa hanya pantas dilantunkan oleh bibir manusia yang aktif dalam aksi, bukan oleh mulut manusia yang pasif, menyerah pada keadaan

Memuliakan Wanita

Memuliakan Wanita

Oleh : Mujianto

Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kaum wanita. Islam mengangkat harkat dan martabat wanita dengan memberikan pendidikan, perlindungan, serta hak-hak mereka sesuai fitrah dan kodratnya. Perhatian besar ini adalah sesuatu yang tidak pernah diberikan oleh umat manapun sepanjang masa.

Sebelum Islam datang, wanita ditempatkan pada posisi yang rendah dan hina. Wanita dianggap sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan dan tak mempunyai hak sedikit pun untuk menolak perlakuan hidup yang sangat rendah. Bahkan, pada masa Arab jahiliyah, kehadiran wanita dianggap sebagai sebuah kesialan.

''Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS An-Nahl (16): 58-59).

Namun, kini Islam telah datang dengan membawa cahaya kedamaian untuk seluruh alam. (QS Al-Anbiya (21): 107). Dalam naungan Islam, wanita menempati derajat yang tinggi, hak wanita diakui secara sempurna. Islam menjaga wanita dari sekadar objek syahwat dan nafsu kebinatangan. Bahkan, Islam memandang mereka sebagai unsur penting dalam kebangkitan, ketahanan, dan keselamatan masyarakat. Wanita memiliki andil yang amat besar dalam pembentukan tokoh-tokoh berjasa bagi Islam dan kaum Muslimin. Islam menjadikan wanita layaknya sebuah permata yang berharga. Oleh karena itu, Islam menjaga wanita dengan sebenar-benar penjagaan. Sebagai salah satu bukti konkret, Islam mewajibkan para wanita untuk mengenakan jilbab (QS Al-Ahzab (33): 59).

Jilbab merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk kasih sayang Islam kepada wanita. Jilbab menjadi benteng, agar mereka terlindung dan terjaga. Dengan begitu kesucian mereka akan tetap terpelihara.

Sayangnya, wanita zaman sekarang justru menanggalkan nilai-nilai Islam itu. Mereka lebih senang dengan gaya hidup Barat yang serbapermisif. Salah satunya adalah kebiasaan mengumbar aurat. Maka, lepas pula perlindungan Islam dari diri mereka.

Wanita tanpa Islam layaknya bunga di tepi jalan. Tak ada yang melindungi. Setiap saat mata-mata nakal, bebas memandangnya dengan buas dan begitu mudahnya dipetik oleh tangan-tangan jahil manusia berhati srigala. Setelah puas, bunga pun dicampakkan begitu saja di jalanan.

Sekarang, manakah yang akan kau pilih, wahai wanita Muslimah! Menjadi permata ataukah bunga di tepi jalan. ''Tidak ada paksaan dalam agama, telah nyata kebenaran dari kesesatan.'' (QS Al-Baqarah (2): 256).

Belajar dari Semut

Sabtu, 03 Juni 2006
Belajar dari Semut
Oleh : Nasher Akbar

Sesungguhnya di dalam kehidupan semut terdapat pelajaran yang sangat berarti bagi umat manusia. Yaitu pelajaran tentang kesabaran, keteguhan, ketekunan, dan kesinambungan dalam usaha untuk mencapai tujuan. Ungkapan ini tidaklah berlebihan, karena semut senantiasa mengulangi usahanya berkali-kali hingga tercapai tujuannya.
Ia bergelantungan di atas pohon, lantas jatuh lalu bangkit kembali dan berusaha untuk naik lagi, dan jatuh kembali. Begitu seterusnya hingga berhasil mencapai apa yang ia inginkan.
Jika jalan untuk mencapai tujuan ditutup ataupun dirintangi, ia akan mengalihkan langkahnya ke kanan atau ke kiri. Kadang ia menjauh dari jalannya yang pertama karena terdapat rintangan. Namun, ia tetap memfokuskan tujuannya seperti semula hingga tercapai. Jika perjalanannya terhalang oleh genangan air yang tak dapat diseberangi, dia membuat formasi jembatan di atas air bersama teman-temannya. Setiap semut berusaha untuk mengaitkan diri dengan lainnya di atas lintasan air seperti jembatan.
Mahasuci Allah yang telah menciptakan semut sedemikian rupa. Begitu besar hikmah yang dapat diambil dari hewan kecil ini, hingga Allah SWT mengabadikannya menjadi nama sebuah surat dalam Alquran, yaitu surat An-Naml (semut). Sifat semut di atas adalah sifat seorang Muslim sejati.
Seorang Muslim akan senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya. Ia akan selalu sabar, teguh, dan tekun tanpa mengenal kata lelah. Kegagalan tidaklah akan menyurutkan semangat seorang Muslim untuk tetap menggapai apa yang dituju, karena ia yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan seseorang berada di tangan Allah SWT. Ia hanya wajib untuk berusaha dan berusaha lalu menyerahkan hasilnya kepada Sang Khaliq. Dalam Alquran disebutkan tentang perintah Nabi Ya'qub kepada anak-anaknya untuk mencari berita tentang nabi Yusuf. ''Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.'' (QS Yusuf (12): 87).
Dan dalam sebuah hadis yang diriwatkan oleh Imam Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesunguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).''
Rasulullah SAW pun memberikan suatu keteladan yang luar biasa dalam hal keteguhan untuk mencapai tujuan. Sejarah telah menerangkan bagaimana ketegaran dan keteguhan Nabi Muhammad SAW ketika menyeru Islam kepada kaum kafir Quraisy. Berbagai godaan, hinaan, ancaman yang dihadapkan kepada beliau tidaklah mampu menyirnakan keteguhan dalam berdakwah.
Bahkan, Muhammad SAW mengucapkan, ''Seandainya matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti untuk berdakwah.''

Menuntut Ilmu

Rabu, 24 Mei 2006
Menuntut Ilmu
Oleh : Arief Rahman Hakim

Alquran telah lebih dulu berbicara tentang keutamaan orang yang mencari ilmu. Rasulullah pun menggambarkan tentang keutamaan orang yang menuntut ilmu dalam hadis-hadis sahihnya.
''Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS Al-Mujadilah (58): 11).
''Seseorang yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.'' (HR Bukhari). Namun, ilmu harus dipertanggungjawabkan. Adalah suatu kewajiban bagi seorang yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya, mengajarkan ilmunya dengan ikhlas, dan tidak menyembunyikannya agar orang lain dapat memanfaatkan serta mengamalkannya.
Rasulullah SAW bersabda, ''Seseorang yang ditanya tentang suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya (tidak mau menjawabnya), maka pada hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk dari api neraka.'' (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Ilmu juga menuntut amal. Berbicara dengan amal lebih utama dari berbicara dengan kata. Orang yang miskin adalah yang lenyap umurnya karena ilmu yang dimiliki tidak diamalkan. Dia akan bangkrut di akhirat sedangkan dia memiliki banyak beban yang harus dipertanggungjawabkannya. (Ibnu Al-Jauziy).
Selain itu, di tengah problematika umat saat ini, kita harus ekstrahati-hati dalam menuntut ilmu dan kepada siapa kita belajar ilmu tersebut. Banyak 'ulama' yang sengaja memutarbalikkan fakta dan mencoba untuk menafsirkan ayat-ayat Alquran seenaknya.
Rasanya kita perlu memperhatikan kembali kata-kata mutiara Ibn Sirin yang terdapat dalam Sahih Muslim. ''Ilmu ini (tentang agama) menjelma atau merupakan keimanan, dari itu, berhati-hatilah dari siapa Anda belajar ilmu itu.'' Artinya, dalam memahami masalah keislaman baik dari Alquran, tafsir, hadis, fikih, dan yang lainnya, sebaiknya kita belajar dari ulama yang masih berkomitmen secara benar kepada Islam dan kepada Muslim yang tidak berdusta terhadap agamanya.
Karenanya, dapat kita ambil kesimpulan bahwa menuntut ilmu dan mengamalkannya adalah wajib bagi setiap Muslim. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, ''Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim.'' (HR Thabrani).
Tentu dalam hal ini kita harus tetap memperhatikan batasan yang terdapat dalam Alquran dan as-sunnah serta ijma' para ulama terdahulu (salaf). ''Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Yang mereka wariskan adalah ilmu. Seseorang yang mendapatkannya, sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak.'' (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).